Kamis, 20 November 2008

Selasa, 18 November 2008

Jika aku jatuh cinta

Ya Allah, Jika aku jatuh cinta,
Cintakanlah aku pada seseorang yang
Melabuhkan cintanya pada-Mu,
Agar bertambah kekuatanku untuk mencintai-Mu

Ya Robbana, jika aku jatuh hati,
Izinkanlah aku menyentuh hati seseorang
Yang hatinya tertaut pada-Mu,
Agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu

Ya Rabbul 'Izzati, jika aku rindu,
Jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku
Merindukan syurga-Mu.

Ya Rahman, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
Janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan
Indahnya bermunajat
Disepertiga malam terakhir-Mu

Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini
Telah berhimpun dalam cinta
Pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu,
Bersatu dalam dakwah pada-Mu.
Telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
Kukuhkanlah ikatannya Ya Allah.
Kekalkan cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya.
Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu
Yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah
dada-dada kami dengan limpahan
keimanan kepada-Mu dan keindahan
bertawakkal di jalan-Mu.
(Asy-Syahid Sayyid Quthb)

Agama yang Hak

Diriwayatkan bahwa, Syarleman (Seorang panglima perang salib) berhasil menawan seorang muslim yang kemudian menyuruhnya masuk kedalam istananya. Di situ nampak para prajurit dan keluarga Syarleman sedang makan. Ia lalu menawarka kepada tawanan muslim ini alternatif , murtad atau dibunuh.
“Aku lebih suka dibunuh daripada murtad,” katanya
“Mengapa enngkau memilih di bunuh ?,” kata Syarleman.
“Sebentar lagi kamu akan tahu,” jawabnya. Tak lama kemudian ia bertanya :
“Siapakah orang-orang yang memakai jubah kebesaran itu sambil makan di atas meja makan anda ?.”
“Mereka adalah para pastur dan uskup,” jawab Syerleman.
“Siapakah orang-orang kurus yang memakai pakaian hitam itu?.”
“Mereka para pendeta yang sedang sembahyang buat kita.”
“Lalu, yang duduk di atas lantai sambil menikmati remah-remah makanan yang jatuh dari meja makan, siapakah mereka ?.”
“Mereka adalah orang-orang miskin ,” jawabnya.
“Beginikah kalian memperlakukan orang-orang miskin?. Sesungguhnya perlakuan ini sangat bertentangan dengan sifat kejantanan dan kemulian sebagai manusia, tuhan yang kalian sembah pun tidak pernah rela dengan apa yang kalian lakukan, dan aku tak mungkin memeluk agama yang memisahkan antara kedudukan orang-orang kaya dan miskin, karena itulah aku lebih menyukai kematian,” kata sang muslim.

Kriteria Seorang Pemimpin

Suatu saat, Umar bin Khattab membutuhkan seorang pembantu yang dapat membantunya menjalankan perkara-perkara penting dalam pemerintahan. Beliau pun lalu bertanya kepada beberapa sahabat mengenai sosok yang tepat memegang amanah itu.
“Si fulan.” kata para sahabat.
“Kita tidak butuh dengan orang semacam itu ,” jawab Khalifa.
“Lalu pribadi seperti apa yang Khalifa inginkan?” kata mereka.
“Aku menginginkan seseorang yang bila ia berada di tengah masyarakat, maka ia seakan pemimpinnya walau ia hanya seorang di antara mereka, dan tampak sebagai rakyat biasa walau ia adalah pemimpin mereka,” kata Umar bin Khattab.
“Kami tidak kenal kepribadian semacam ini kecuali pada diri Rabi’ bin Ziyad al-Harits.“Kalian benar, anngkatlah dia sebagai pembantuku

Lebih baik dari haji kita

Pada suatu ketika, Abdullah bin Mubarak berangkat naik haji. Saat melewati sebuah kota,seekor burung mati ditengah mereka. Beliau pun lalu menyuruh untuk membuangnya ditempat sampah. Seketika seorang perempuan keluar dari rumahnya dan mengambil bangkai burung itu, membungkusnya dan bergegas masuk ke rumah. Takkala ditanya mengapa ia mengambil bangkai burung itu, ia berkata :
“Di rumah itu tinggal seorang wanita dan saudaranya yang miskin, dan tak seorang pun yang tahu keadaan mereka.”
Mendengar itu, Abdullah bin Mubarak menyuruh pembantunya menghitung seluruh bekal yang mereka bawa.
“Seribu dinar ,” kata pembantunya.
“Sisakan dua puluh dinar buat bekal kita kembali ke Marwa, dan berikan sisanya buat wanita ini. Apa yang kita lakukan sekarang lebih baik dari haji kita tahun ini,” kata Abdullah bin Mubarak.

Manusia Termulia

Hathim ath-Thoi pernah ditanya tentang orang yang paling mulia. Beliau pun lalu bercerita :
“Pada suatu hari aku menyembelih 40 ekor kambing untuk para tamu. Aku lalu menuju padang pasir hingga tiba pada suatu hutan belantara dan kutemukan seorang seorang pencari kayu bakar. Aku lalu bertanya padanya:
“Pernakah engkau mendengar kedermawanan Hathim ath-Thoi ?”
“Ya, aku telah mendengarnya”. Jawab orang itu.
“Tidakah engkau ingin menjadi tamunya?”.Tanya Hathim lagi.
“Celakalah aku bila ia ingin menjamuku dan aku menerima perjamuannya itu. Karena sesungguhnya aib bagiku bila menerima uluran tangan seorang dermawan selama aku masih sanggup berusaha dengan keringatku sendiri”.

Itulah Allah!

Ja’far al-Shodik ditanya tentang Allah, beliaupun lalu balik bertanya : “Pernakah engkau naik kapal laut ?”.
“Pernah”.Jawab orang itu.
“Adakah angin kencang bertiup saat kalian berlayar?”. Tanya Ja’far
“Ya” Jawabnya
“Terlintaskah, atau terfikirkah dibenak dan diri kalian bahwa ada yang dapat menyelamatkan kalian dari petaka itu bila Ia kehendaki?”.Tanya Ja’far
“Ya”. Jawab orang itu
“Itulah Allah yang engkau tanyakan itu”. Kata Ja’far

Kedermawanan Hathim

Suatu ketika Hathim al-Tha’I sedang duduk di bawah sebuah pohon. Tiba-tiba seorang lelaki asing mendekatinya, mengucapkan salam dan bertanya padanya dimana ia dapat bertemu dengan Hathim at-tha’i. Ketika Hathim menanyakan maksud kedatangannya, orang itu pun berkata:
“Saya adalah orang paling dermawan di kotaku. Tapi sifat kedermawan masih saja identik dengan Hathim. Karena itu saya datang kemari untuk membunuhnya. Setelah mendengar ucapan orang itu, Hathim lalu menunjuk kesuatu tempat yang agak jauh dan berkata kepadanya: “Engkau akan menemukan Hathim disana sedang tidur dengan selimut yang menutupi tubuhnya saat matahari terbenam nanti.”
Pada waktu yang ditentukan, orang itu pun pergi ketempat yang telah ditunjuk oleh Hathim. Disana ia temukan seseorang yang tampak sedang tidur dengan selembar kain yang menutupi wajahnya. Sebelum pedang itu ia tebaskan pada leher Hathim, ia menyingkap penutup wajahnya untuk melihatnya. Dan ternyata orang yang akan ia bunuh itu adalah orang yang menunjukkan padanya tempat tersebut. Dengan marah ia berkata:
“Mengapa engkau membohongiku sehingga saya hampir saja membunuhmu?”
“Sayalah Hathim at-Tha’I, dan saya tidak pelit untuk menyerahkan kepalaku padamu sesuai keinginanmu.” Kata Hathim.
Orang itu akhirnya pergi dengan perasaan malu sambil berkata:
“Engkau benar-benar berhak untuk memperoleh sekian banyak pujian, wahai Hathim.”
(Dari buku "Hikmah as-Salaf)

Lelaki Tukang Debat


Seorang lelaki yang suka berdebat datang menemui Imam Syafi'i dan berkata kepadanya, "Bagaimana mungkin Allah menyiksa Iblis dengan api sementara Allah sendiri menciptakannya dari api?" sejenak Imam Syafi'i berfikir lalu mengambil sepotong tanah kering kemudian melemparkannya ke wajah laki-laki pendebat itu hingga membuatnya marah karena kesakitan. Imam Syafi'i lalu berkata:
"Apakah lemparan tanah kering itu membuatmu kesakitan?"
"Ya, tentu saja saya kesakitan."
"Bagaimana mungkin merasa kesakitan dengan lemparan tanah kering itu, sedangkan engkau terbuat dari tanah?"
Laki-laki itu pun tak dapat menjawab, dan akhirnya faham apa yang dimaksud oleh Imam Syafi'i, bahwa syetan pun demikian; Allah Ta'ala menciptakannya dari api dan menyiksanya dengan api."

Abdullah bin Mubarak


Abdullah bin Mubarak adalah seorang ahli Ibadah, Mujtahid dan memiliki pengetahuan yang dalam tentang Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw. ilmunya yang luas membuat majelis ilmu yang dipimpinnya dihadiri banyak orang.
Suatu ketika Ibnu Mubarak berjalan bersama seseorang. Tiba-tiba orang itu bersin namun ia tidak mengucapkan al-Hamdulillah sebagaimana seharusnya. Ibnu Mubarak lalu memandang orang itu agar ia sadar dan segera mengucapkan alhamdulillah. Namun orang itu ternyata tidak sadar juga.
Ibnu lalu berfikir bagaimana caranya agar orang itu dapat menjalankan sunnah Rasulullah saw. tanpa melukai hatinya. Ia pun bertanya kepadanya, "Apakah yang diucapkan seseorang bila ia baru saja bersin?" orang itu segera menjawab, "Alhamdulillah." Ibnu Mubarak pun menjawab, "Yarhamukallah."

Dialog dengan air mata


Suatu hari saya menangis mengingat banyaknya dosa dan sedikitnya kebaikan yang saya lakukan. Setetes air mata pun jatuh di pipiku yang kemudian berkata:
"Ada apa gerangan denganmu, wahai Abdullah?"
"Apa yang menyebabkanmu keluar dari kelopak mataku?"
"Hatimu yang panas yang jadi penyebabnya."
"Panasnya hatiku? Lalu apa yang menyebabkan hatiku panas?"
"Penyebabnya adalah dosa dan kemaksiatan."
"Apakah dosa menyebabkan hati jadi panas?"
"Betul! Tidakkah engkau baca doa Nabi saw. Yang selalu ia baca, "Ya Allah! Cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, es dan embun." Maka ketika seorang hamba melakukan dosa, maka hatinya pun akan panas menyala, sedangkan api takkan padam kecuali dengan air dan es."
"Benarlah apa yang engkau katakan! Karena selama ini saya selalu merasa gelisah dan gundah, dan saya rasa penyebabnya adalah hati yang panas berkobar karena banyaknya dosa dan kemaksiatan."
"Benar! Karena sesungguhnya kemaksiatan menjadi petaka bagi pelakunya. Maka bertaubatlah kepada Allah, wahai Abdullah!."

Luapan Jiwa

Sesungguhnya manusia membutuhkan seorang lelaki yang luapan hatinya mampu menggenangi hati orang-orang yang ada di sekelilingnya. Dan, dengan luapan rabbani itu pula, mereka dapat menggenangi hati manusia yang ada di sekitar mereka. Sehingga dengan cara itu manusia berubah dari satu keadaan menuju keadaan lain dan keluar dari kegelapan menuju cahaya.
(Hasan Al-Banna)

Jangan Sedih!

Jangan Sedih
Karena kesedihan menenggelamkanmu ke masa lalu, menciptakan rasa takut pada hari esok, dan hari yang engkau lalui saat ini kan berlalu tiada arti.
Karena kesedihan membuat hati berkerut, wajah menjadi kusut, memadamkan ruh dan melemahkan cita dan harapan
Karena kesedihan musuh bagi takdir, melenyapkan jiwa yang jinak dan meletakkan kepedihan di atas kenikmatan.
Karena kesedihan menggembirakan musuh, membakar amarah kawan, menggembirakan hati pendengki, dan memutarbalikkan realitas di hadapanmu.
Karena kesedihan tak mengembalikan yang telah hilang, tak menghidupkan yang telah mati, tak mengembalikan takdir, dan tak mendatangkan manfaat.
Karena kesedihan berasal dari syetan, mendatangkan keputusasaan, kemiskinan, keterpurukan dan kegagalan yang sangat cepat.

(almujtama': edisi 1740. tanggal 12-6 Shafar 1428 H)

Sahabat

Sahabatmu adalah:
Yang menemanimu saat engkau ditimpa musibah dan kesulitan
Bila engkau membutuhkannya, maka ia siaga membantumuYang menunjukimu kepada jalan kebenaran, kebaikan dan senantiasa menasehatimu bila engkau menyimpang dari jalan itu.

Senin, 17 November 2008

Aku Tak Tahu.....

Ketika Imam Syafi'i sakit keras yang mengantarkannya kepada kematiannya, al-Muzani datang mengunjunginya dan berkata kepadanya, "Bagaimanakah kabarmu, Wahai Abdullah?" Imam Syafi'i menjawab, "Tak lama lagi aku akan pergi tinggalkan dunia, berpisah dengan kawan-kawan, bertemu dengan amal keburukanku, kan kureguk cawan kematian, tuk datang menghadap kepada Allah. Sementara aku tak tahu, apakah ruhku akan terbang menuju syurga hingga aku ucapkan selamat padanya, ataukah berjalan menuju neraka hingga aku ucapkan belasungkawa untuknya."

Allahu Nuurus Samaawaat

Pintu dan Tembok Islam

Dalam salah satu khotbahnya di Himsh, Sa’ad bin Syuraik berkata : “Sesungguhnya Islam itu adalah tembok yang kokoh dan pintu yang kuat. Temboknya adalah kebenaran dan pintunya adalah keadilan. Dan Islam itu akan tetap kuat apabila penguasanya keras. Penguasa yang keras bukanlah yang membunuh dengan pedang atau mendera dengan cemeti. Tetapi yang dapat menjalankan kebenaran dan menegakkan keadilan.”

Mendidik Diri Sendiri

Orang-orang bertanya kepada Ibnu Muqaffa:

“Siapakah yang mendidikmu dengan adab-adab mulia semacam ini?”

"Diriku sendiri”.

“Bagaimana mungkin seseorang mampu mendidik dirinya sendiri tanpa pendidik ?”.

“Mengapa tidak? Apabila saya melihat kebaikan, maka saya segera mendatanginya, dan bila saya melihat keburukan, sayapun segera menjauhinya. Dengan cara seperti itulah saya mendidik diriku”. Jawab Ibnu Muqaffa.

Minggu, 16 November 2008

Jalan Menuju Kebahagiaan

Kebahagiaan yang sempurna adalah kebahagiaan jiwa

Kebahagiaan diperoleh dengan taat kepada Allah Azza wa Jalla, bersyukur kepada-Nya, dan bersabar.

Kebahagiaan diperoleh dengan optimisme, bersikap positif, dan beramal shalih

Kebahagian dirasakan dengan melakukan amal shalih dan meninggalkan kemungkaran.

Kebahagiaan dirasakan dengan menumbuhkan cinta kepada orang lain dalam jiwa dan bergaul dengan orang-orang shalih.

Kebahagiaan terletak pada kekayaan jiwa, takwa dan keyakinan kepada Allah Azza wa Jalla.

Kebahagiaan terbesar adalah ketika engkau berhasil merebut redha Ilahi, memasuki syurga Firdaus, kala menyaksikan segala sesuatu yang tak pernah dilihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan melintas dalam pikiran.

Bekal terbaik bagi manusia

Seorang hakim ditanya tentang bekal terbaik yang harus dipersiapkan oleh setiap orang. Ia menjawab:
  • Akal, yang dengannya ia hidup, bila ia tidak punya
  • Maka saudara yang menutupi aib dan celanya, bila tidak punya
  • Maka harta yang membuat manusia cinta kepadanya, bila tidak punya
  • Maka akhlak yang menjadi hiasan dirinya, bila tidak punya
  • Maka ia diam agar selamat, bila tidak mampu
  • Maka lebih baik mati, agar manusia terbebas dari gangguannya

(almujtama': edisi 1740. 12-6 Shafar 1428 H)