Senin, 12 Oktober 2009

Kata Koruptor: “Indonesia, I Love You Full, ha ha ha”

Indonesia, aku sungguh mencintaimu, sepenuh hatiku. Melebihi cinta anak-anak negeri ini kepadamu. Melebihi cinta orang tua itu kepada anak mereka yang sedang bertumbuh, dan melampaui cinta sang anak kepada kedua orang tuanya. Aku cinta padamu Indonesia, jauh melampaui batas wilayah negeri ini, bahkan hingga di ufuk sana, dibawah kaki langit. Aku sungguh mencintaimu, setinggi gunung tertinggi di dunia, bahkan setinggi anganku memetik bintang di langit.

Mengapa aku tak boleh mencintaimu, Indonesia? Bukankah engkau berikan segala yang aku inginkan dengan begitu mudahnya. Aku peroleh darimu apa yang tidak diperoleh kebanyakan orang di negeri ini. Engkau selalu gembirakan hatiku dengan kebaikan hatimu membiarkan aku mendapatkan berbagai fasilitas yang engkau miliki. Tak ada hambatan berarti bagi untuk dapat dana milyaran, bahkan trilyunan dari Bank dalam negeri dengan hanya berbekal surat sakti, katebelece atau lainnya Sebagaiamana diperoleh kawanku, Edy Tanzil yang hingga kini entah dimana rimbanya bersama perolehannya yang 1,3 trilyun itu.


Indonesia, engkau sungguh berbeda dengan sahabat-sahabtmu yang lain. Di Malaysia, Singapura, China dan Negara manapun di dunia aku takkan mungkin dapatkan kemudahan dan kenikmatan sebagaimana yang engkau berikan padaku. Karena itulah, aku dan kawan-kawanku sangat mencintaimu, mendoakanmu semoga engkau tetap sehat selalu.


Bila para koruptor di Negara lain ada yang tertangkap, bniscaya mereka akan dihukum seberat-beratnya, bahkan ada yang dihukum mati. Tapi pengadil dinegerimu hanya jatuhkan hukuman yang tak membuatku jera untuk mengambil kembali uang milikmu. Bahkan dengan uang hasil jarahanku itu aku pun bisa membeli para pengadil itu agar jatuhkan hukuman seringan-ringannya untukku. Atau kuberi mereka ‘sangu’ agar aku diberi peluang kabur ke negara tetangga dan bersembunyi disana.


Walau beberapa tahun terakhir aku mulai ketar-ketir saat KPK tampak begitu beringas dan sangat bernafsu menangkap orang-orang sepertiku. Mereka terkadang menyamar dan menyelusup ke dalam kantor berbagai instansi pemerintahan. Menangkap para koruptor di Bea Cukai, di Depag, di Deprtemen Kehutanan, Perikanan dan berbagai lembaga pemerintah lainnya hingga membuatku kerap tak bisa tidur. Tapi kini mereka tampak mulai melempem apalagi setelah ketuanya tertangkap karena kasus pembunuhan. Inilah saatnya beraksi kembali setelah sekian lama berdiam diri, bersabar hingga peluang itu muncul kembali.


Indonesia, aku sungguh mencintaimu. Di atas bumimu aku peroleh kekayaan melimpah ruah yang dapat aku investasikan di Negara lain. Disini aku pun dapat bekerja sama dengan para eksekutif, pejabat, Anggota Legislatif, aparat, cukong, bahkan dengan preman berdasi sekalipun. Semuanya begitu mudah diatur, asalkan kita juga tahu diri. Semuanya begitu suka membantu, asal kita pandai membalas budi. Sungguh, ‘orang-orang baik’ seperti mereka sulit aku temukan di Negara lain.


Indonesia, aku sungguh mencintaimu dengan segenap ragaku. Biarpun para ahli jiwa berkata bahwa aku itu adalah orang sakit jiwa, tapi aku tetap merasa tidak demikian. Aku tetap sehat-sehat saja; jasmani dan rohani. Bagiku tak ada yang salah. Inilah duniaku sebagaimana setiap orang juga punya dunianya masing-masing.


Indonesia, engkau sungguh syurga untukku dan bagi kawan-kawanku. Engkau begitu kaya raya. Tanahmu makmur dan subur hingga tongkat kayu dan batu pun bisa jadi tanaman. Hutanmu sungguh luas. Emas, gas, batubara dan hasil laut dan hasil bumimu melimpah ruah. Akulah dan kawan-kawanku yang paling menikmati semua itu. Terkadang aku juga perihatin dengan keadaanmu, tapi mau bagaimana lagi, engkau begitu sulit berubah, bahkan terlihat enggan menyingkarkanku dari negerimu. Karena itu pula aku tetap dan selalu mencintaimu, sepenuh hatiku. Biarkan aku pinjam kata Mbah Surip (maap ya, Mbah!) yang mashur itu untuk katakan padamu, “Indonesia, I love you full! Ha ha ha”.

Tidak ada komentar: