Kalau ada yang berkata bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya, maka kita perlu menambahkannya dengan kalimat lain seperti ini, bangsa yang besar adalah yang menghargai pendidikan dan para pendidiknya. Inilah yang dibuktikan oleh Negara-negara maju di dunia, atau yang lebih dekat lagi Negara-negara di kawasan Asia, atau bahkan Asean;
Sistim pendidikan, kurikulum, dan pendidik adalah tiga unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Apabila salah satu dari unsur ini lemah, maka akan mempengaruhi unsur lainnya. Salah satu dari unsure yang sangat fundamental itu adalah ketersediaan tenaga guru atau pendidik yang professional. Inilah salah sisi dari dunia pendidikan kita yang belum memperoleh perhatian memadai selain minimnya alokasi APBN untuk anggaran pendidikan.
Lagu Oemar Bakri karya Iwan Fals yang sangat popular itu seakan mewakili performa dan tampilan guru-guru kita di tanah air; penghasilan yang pas-pasan walau bakti mereka tak diragukan. Sehingga kita menemukan di antara mereka ada yang berprofesi ganda sebagai tukang ojek, tukang jahit dan tukang-tukang lainnya. Lalu bagaimana mereka bisa professional atau focus sebagai pendidik bila mereka harus nyambi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yang kian berat?
Walau kini ada secercah harapan yang semoga dapat menumbuhkan optimisme kita bahwa para pemimpin negeri ini mulai memperhatikan pendidikan bagi masyarakatnya; alokasi APBN untuk anggaran pendidikan sebesar 20%, peningkatan gaji (kesejahteraan) para guru, SPP gratis dan sebagainya, yang semua itu bermuara pada perbaikan kwalitas pendidikan kita, sehingga anak-anak yang lahir dari rahim negeri ini tumbuh sebagai manusia berkwalitas dan bermanfaat bagi Negara, bangsa dan agamanya. Dan biarlah Oemar Bakri menjadi catatan sejarah perjalanan bangsa ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar