Senin, 12 Oktober 2009

Kesamaan Karakter SBY-Boediono, Mungkinkah Jadi Benturan?

Satu hal yang mungkin luput dari penilaian banyak orang selama ini tentang Presiden terpilih SBY-Boediono adalah karakter, sifat dan kepribadian khusus keduanya, dimana SBY-Boediono memiliki karakter yang nyaris sama; kalem, tidak reaktif, hati-hati dan penuh pertimbangan. Ini menjadi penting dicermati karena kesamaan karakter, sebagaimana kata bung Eep Saefulloh Fatah di Koran Kompas, Selasa, (18/8) “Dikhawatirkan dalam pengelolaan pemerintahan terlampau hati-hati, lamban dan konservatif. Tidak saling komplemeter sebagaimana SBY-Kalla. Sehingga keduanya berpotensi menjadi rem (bukan rem dan gas) dan memfasilitasi terbentuknya pemerintahan yang kurang sigap.”

Perbedaan karakter pada sosok pemimpin justru akan menjadi faktor penyeimbang dalam sebuah kepemimpinan, dimana keduanya bisa saling menutupi atau saling mengisi satu sama lain. Pada saat SBY berpasangan dengan JK, keduanya jelas memiliki perbedaan mendasar walau acap menimbulkan kontroversi. Karakter SBY yang hati-hati dan penuh pertimbangan kerap diimbangi oleh karakter JK yang meledak-ledak, siap menerima resiko dan maunya serba cepat. Karena itu pula, tagline JK akhirnya adalah “Lebih Cepat, Lebih Baik”, walau tak berdaya menghadapi tuah “Lanjutkan”. Mau lambat, mau cepat, yang penting “Lanjutkan” dulu.


Kesamaan karakter SBY-Budiono tentu tidak dapat dilepaskan dari pengaruh keluarga, lingkungan, pendidikan dan budaya, sehingga wajar bila keduanya memiliki kesamaan tersebut karena berasal dari daerah yang sama. Inilah yang patut dicermati pada karakter keduanya yang dikhawatirkan akan menciptakan ketidakeseimbangan dan peluang yang jauh lebih kecil untuk saling menutupi setiap kekurangan dan kelemahan. Karena itu, mengelola kesamaan karakter ini menjadi perlu agar tidak menjadi benturan tetapi tetap bisa saling mengisi dalam membangun kepemimpinan yang kuat.


Bila kita coba belajar dari sejarah kepemimpinan Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dan Amirul Mukminin Umar bin Khaththab ra., maka kita juga menemukan fakta keseimbangan melalui dua karakter yang berbeda dan bertolak belakang. Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dengan karakter dan sifatnya dasarnya yang lembut, menunjuk Umar bin Khaththab ra. yang memiliki karakter keras dan tegas sebagai pendampingnya. Dua karakter yang berbeda ini menjadi sangat harmoni ketika dikelola dengan baik karena mampu berperan tepat pada waktu dan situasi apapun.


Demikian pula yang kita ketahui melalui buku sirah para sahabat ketika Umar bin Khaththab ra. tampil sebagai Khalifah, maka langkah pertama yang ia lakukan adalah memecat Khalid bin Walid ra. Yang memiliki karakter keras dan tegas seperti dirinya, lalu menunjuk Abu Ubaidah bin Jarrah ra. yang memiliki karakter lembut seperti Abu Bakar ra. sebagai pengganti Khalid bin Walid ra. Walau di dalamnya terdapat sejumlah alasan pemecatan tersebut. Ini adalah contoh sukses dua karakter yang berbeda yang mampu menciptakan keseimbangan dalam sebuah kepemimpinan. Dan contoh lain tentu masih sangat banyak.


Betapapun, tulisan ini hanya mengangkat telaah karakter pada kedua pemimpin baru negeri ini yang memiliki sejumlah kesamaan dan tentu saja perbedaan. Sebagaimana kesamaan karakter tersebut tidak bisa dijadikan landasan penilaian bahwa keduanya akan gagal dalam memimpin negeri ini. Karena bisa saja SBY akan lebih menonjolkan sifat tegas dan lebih cepat yang selama ini mungkin belum terlihat. Semoga saja perbedaan dan kesamaan karakter yang ada pada keduanya tetap menjadi penyeimbang dalam membangun pemerintahan yang kuat dan bermartabat menuju era baru indonesia yang lebih baik.

Tidak ada komentar: