Untuk kesekian kalinya negara tetangga, Malaysia melakukan tindak kejahatan terhadap bangsa kita, baik kepada rakyat khususnya TKI yang bekerja di sana, terhadap khazanah budaya Indonesia yang mereka paternkan dan atau berusaha diklaim sebagai milik mereka, ataukah secara institusi kelembagaan yang ditujukan kepada angkatan laut Indonesia saat mereka patroli laut di parairan Ambalat. Dan yang teranyar adalah kasus penistaan terhadap lagu Indonesia Raya setelah klaim tari pendet menyeruak.Menilik pada kasus-kasus pelecehan, perampokan hak intelektual dan penistaan yang mereka lakukan dan terus saja berulang itu membuat kita harus berkaca kembali, sebenarnya dimana titik paling rapuh yang dimiliki bangsa ini sehingga terkesan tak berdaya menghadapi dan mengcounter berbagai serangan kejahatan yang dilakukan Malaysia yang nota bene kerap diklaim sebagai negara serumpun dan saudara tua? Inilah sesungguhnya yang menurut saya, harus menjadi tanda Tanya besar di kepala kita sembari mencari solusi terbaik yang kita bisa lakukan dan atau mengajukannya kepada pengambil kebijakan di negeri ini. Karena kita tidak ingin kisruh ini menguras energi, pikiran, waktu dan tenaga kita sementara jalan keluar tetap buntu. Kita perlu tahu, bahwa berita dan kisruh seperti ini tidak diketahui oleh masyarakat Malaysia secara luas, karena proteksi dan kontrol pemerintah terhadap media luar biasa ketat. Kecuali mereka yang bisa mengakses berita tersebut melalui dunia maya, dan jumlah mereka tentu sangat terbatas.
Sekarang mari kita melihat issu apa saja yang kerap mereka lontarkan sebagai perang urat saraf:
1- Bahwa Indonesia adalah negara korup, bahkan masuk dalam kategori terkorup di kawasan Asia, dan peringkat ke 5 terkorup di dunia!
2- Bahwa kualitas pendidikan di Indonesia tertinggal jauh dari Malaysia, bahkan konon tertinggal 12 tahun.
3- Bahwa Indonesia adalah negara kaya raya dengan sumber alam dan SDM, tapi penduduknya pun miskin raya.
4- Bahwa Rakyat Indonesia jorok; kencing di balik pohon atau di balik pintu mobil, meludah di sembarang tempat dan lain sebagainya.
5- Bahwa Indonesia itu adalah bangsa kuli, membanjiri Malaysia dengan imigran dan TKI gelap, dan berbagai issu lainnya.
Kembali sejumlah issu di atas kita tanyakan pada diri kita sendiri, apakah benar atau sekedar bualan Malaysia saja? Bila benar, langkah apa yang harus kita lakukan?:
1- Berantas korupsi sampai ke akar-akarnya dan tanpa pandang bulu, dimulai dari pucuk kekuasaan. Lalu hukum seberat-beratnya pelaku korupsi kalau perlu hukum mati!
2- Perbaiki kualitas pendidikan; sistim kurikulum, infrastruktur, sarana dan berbagai fasilitas pendukung lainnya.
3- Rancang berbagai program pemberdayaan kaum miskin agar dapat mandiri dan mampu keluar dari jerat kemiskinan.
4- Perda bisa dibuat oleh Pemda terkait dengan hal ini, misalnya, di beberapa daerah ada larangan merokok di tempat umum, maka aturan ini harus diawasi ketat.
5- Batasi pengiriman TKI, bukan lapangan kerja dan berdayakan mereka!
Jawabannya tentu saja simple walau penyelesainnya tidak semudah membali telapak tangan.
Sekarang mari kita lihat, apa saja yang dilakukan oleh pemerintah menyikapi berbagai kejahatan yang dilakukan oleh negara tetangga kita ini:
1- Menyampaikan teguran keras!
2- Mengirim nota protes, dan saya tidak tahu kalau masih ada yang lain!
Dan hasilnya? Malaysia tetap saja berulah, mengulang dan mengulang kembali kejahatan dan pelecehan terhadap negara kita. Ini berarti bahwa sikap yang diambil pemerintah selama ini sangat tidak efektif, bahkan jauh dari sasaran yang diinginkan agar Malaysia jera.
Usulan sebagaian masyarakat Indonesia sebagai sikap yang dianggap tepat dan efektif:
1- Menarik Duta Besar Indonesia di Malaysia dan menutup Kedubes Malaysia di Jakarta.
2- Otomatis terjadi pemutusan hubungan diplomatic.
3- Menarik seluruh TKI dari Malaysia.
4- Ganyang Malaysia
Bila cara ini akan ditempuh, maka yang harus dipikirkan masak-masak adalah resiko dari kebijakan tersebut yang juga tidak mudah diambil. Kalau pun akhirnya demikian, maka kita pun harus siap menerima berbagai konsekwensinya:
1- Pemutusan hubungan diplomatic berimbas pada masalah ekonomi, pencabutan konsesi bisnis dan pengurangan nilai investasi yang diperkirakan berjumlah 1 miliar dolar. Dan Indonesia akan dipandang negara lain sebagai negara yang agresif.
2- Apakah tersedia lapangan kerja bagi TKI yang berjumlah sekitar 2 juta orang, ataukah pemerintah mampu memfasilitasi mereka?
3- Apakah kekuatan militer kita mampu mengalahkan Malaysia?
Dari catatan diatas, kita mungkin sudah bisa memetakan langkah terbaik apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk membungkam mulut besar Malaysia. Berbagai kelemahan yang kita miliki dan kemajuan yang mereka peroleh bukan alasan bagi mereka untuk melecehkan bangsa ini. Sebagaimana kita, yang walau masih dibelit berbagai masalah dalam negeri, namun tidak mungkin berdiam diri menyaksikan berbagai pelecehan dan penistaan yang mereka lakukan. Persetan dengan jargon negara serumpun dan saudara tua!
Kritik tajam terhadap pemerintah harus dilakukan, agar diperoleh solusi paling efektif, taktis, tepat sasaran dengan resiko paling ringan agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali! Caranya? Atas nama Rakyat Kompasiana mungkin bisa mengirim surat resmi sebagai bentuk keprihatinan sekaligus pressure bagi pemerintah agar dapat menyelesaikan masalah ini dengan cepat, karena lebih cepat menyelesaikannya, lebih baik! Agar pikiran, waktu, tenaga dan energi kita tidak terlampau terkuras hanya untuk menghujat, mengumpat, mencaci maki dan sebagainya. Sementara efektifitas penyelesaiannya ada di tangan pemerintah! Dan kita siap mendukung langkah apapun yang diambil! Merdeka!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar